Trying to Forget You

Aku tak tau apa kesalahanku hingga mereka menginginkan kita berpisah. Aku tak tau dimana letak kesalahanku hingga mereka memaksaku untuk menjauhimu. Aku tak tau dimana letak kesalahanku hingga mereka sangat membenciku.

Aku merenungkan apa yang telah aku lakukan hingga mereka seperti itu padaku? Apa yang telah aku lakukan hingga mereka tidak menyukaiku? Dan aku menemukan jawabannya. Karena aku mencintai sahabat mereka, yaitu dirimu.

Salahkah aku jika aku mencintaimu? Salahkah aku jika aku menginginkanmu? Salahkan aku jika aku merasa nyaman padamu? Dan aku menemukan jawabannya. Ya,aku salah mencintaimu. Karena mencintaimu sama dengan merusak hubungan kalian

Lalu aku bertanya lagi pada diriku. Lalu apa yang seharusnya aku lakukan? Apa yang bisa aku lakukan untuk membuat kalian utuh? Dan mereka menjawab. Jauhi dia. Aku diminta untuk menjauhimu.

Dan ini yang aku lakukan sekarang,duduk termenung sendiri dan hanya bisa melihatmu dari kejauhan tanpa berani mendekat. Melihatmu tersenyum dengan mereka. Melihatmu tertawa dengan mereka. Melihatmu dengan mudah melupakanku. Lalu bagaimana dengan ku?

Aku? Aku disini masih sama. Masih aku yang dulu. Aku yang tersenyum melihatmu tersenyum. Aku yang tertawa melihatmu bahagia. Dan aku yang masih terus memikirkanmu.

Kadang aku berfikir. Adakah cara yang dapat membuat mereka mengerti bagaimana perasaanku? Adakah cara yang dapat membuat mereka memahami bahwa aku menyayangimu? Adakah cara yang dapat membuat kita kembali? Sampai saat ini aku belum menemukan jawabannya.

“Lee Donghae!”

Aku kembali menatap pria yang disebut namanya itu. Yah dia adalah namjaku. Pria yang selama hampir 1 tahun menemaniku. Pria yang selalu riang dan bisa membuatku tertawa bahkan jatuh cinta.

“Jangan berteriak seperti itu Hweji-ya”

Suaranya,aku merindukan suaranya. Suara yang bisa membuatku bersikap bodoh dan tersenyum malu. Bahkan membuat pipiku memerah tanpa diminta. Hanya suaranya.

“Kau sih,aku panggil dari tadi tetapi jalan saja terus. Ada yang kau pikirkan?”

Aku memerhatikan mereka dari kejauhan.

Donghae tersenyum “Maaf aku tidak dengar Hweji-ya. Dan ya,ada hal yang aku fikirkan”

Aku mengeryitkan dahiku. Hal apa yang kau fikirkan? Mengapa wajahmu tampak tak bersemangat? Aku mulai khawatir dengan keadaannya.

“Apa yang kau fikirkan?”

Aku menanti jawabannya. Aku menanti dia mengatakan hal yang aku harapkan. Aku menanti dia mengatakan hal itu adalah…..aku.

“Ah hanya urusan dirumah. Kau mau pulang?”

Aku tertunduk. Bukan aku. Bukan aku. Kau harus bangkit Hyunjin. Tidak mungkin dia masih memikirkanmu. Dia hanya menganggapmu masa lalu. Bukannya kau juga yang meminta dia untuk melupakanmu. Batinku berkata hal yang membuatku tersadar.

Aku yang memintamu melupakanku. Aku yang memintamu jangan mencari dan menemuiku. Aku yang memintaku jangan hubungi aku. Aku yang menghindarimu. Namun disaat kau melakukan permintaanku,mengapa rasanya ada yang menghantam hatiku. Nyeri,itu yang ku rasa.

“Iya, kau bisa mengatarku?”

Aku berdiri dari tempat persembunyianku. Aku tak sanggup melihatnya lagi. Sakit. Disini sangat sakit. Saat orang yang kau cintai,bahkan masih kau cintai bisa melupakanmu dengan mudah. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Berhenti mengintaimu? Menemukan penggantimu?

Aku berjalan tertunduk menahan air mataku. Aku mohon jangan lagi menangis Hyunjin. Aku mohon jangan tunjukkan kelemahanmu sekarang. Aku menguatkan hatiku. Aku menguatkan diriku.

Aku disini akan berjalan sendiri menemukan jalan keluarnya. Aku akan berjalan sendiri menemukan kebahagiaanku. Aku akan berjalan sendiri dan tak akan menunggumu untuk menjemputku.

Bahagialah kau namjaku. Aku disini berdoa untuk kebahagiaanmu. Selamat tinggal Lee Donghae. Annyeong nae sarang.

“Unjin” lirih Donghae melihat bayangan Hyunjin menjauh.